Pelaksanaan Sholat Idul Adha 1445 H Di Masjid Agung Al Azhar

Masjid Agung Al Azhar selenggarakan shalat Iedul Adha, Ahad, 10 Zulhizah 1445 H, pada hari Ahad, 16 Juni 2024 M. Kegiatan akbar tersebut telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Pengurus Takmir Masjid Agung Al Azhar No. 086/YPIA-TMAA/SK/VI/1445.2024. Keputusan ini didasarkan pada penetapan pemerintah di Arab Saudi yang menetapkan 10 Dzulhijjah 1445 H jatuh pada 16 Juni 2024. Hal tersebut telah disampaikan langsung oleh Mahkamah Agung Kerajaan Saudi Arabia berdasarkan hasil pantauan hilal yang dilaksanakan pada Kamis, 6 Juni 2024.

Itulah maka gema takbir sambut Iedul Adha 1445 H di Masjid Agung Al Azhar berkumandang sejak Maghrib, Sabtu, 15 Juni 2024 M.

Akibat derasnya hujan selama satu malam jelang pelaksanaan shalat Iedul Adha, maka penyelenggaraan shalat Iedul Adha di Masjid Agung Al Azhar kali ini dilaksanakan di ruang utama Masjid Agung Al Azhar. Dalam pantauan udara jamaah meluber ke serambi kanan dan kiri, halaman timur masjid hingga jalan Raden Patah.

Bertugas sebagai imam ialah Ust. H. Mukhtar Ibnu, S.Pd serta Khatib Ust. Drs. H. Abu Hurairah, dengan diikuti tidak kurang dari 3000 jamaah Masjid Agung Al Azhar.

Dalam isi khotbahnya Ust. Drs. H. Abu Hurairah mengatakan bahwa ada 2 tokoh penting yang setiap hari selalu kita sebut dalam ibadah sholat karena keteladanannya, kemuliaannya, dan keagungannya di sisi Allah Swt. Dua tokoh itu adalah Nabi Ibrahim, a.s. dan Nabi Muhammad, saw. Keduanya dibacakan dalam rangkaian sholat yaitu Allahhumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim, wa ‘alaa aali Ibraahim. Wabaarik ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahim, wa ‘alaa aali Ibraahim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.

Nabi Ibrahim, a.s. yang dikenal sebagai “Bapak para Nabi” karena Allah, Swt. telah memilih banyak keturunan beliau yang menjadi nabi. Sedangkan Nabi Muhammad, saw. dikenal sebagai pemimpin para nabi.

Allah, Swt. sangat mengistimewakan nabi ini dan keduanya disebut oleh Allah, Swt. sebagai Uswatun Hasanah (Contoh Teladan Bagi Ummat Manusia). Melalui kedua nabi inilah Allah, Swt. mengajarkan kepada kita semuanya tentang syariat haji dan syariat berqurban.

“Dalam kesempatan ini, mari kita renungkan pengalaman haji wadda serta pesan-pesan terakhir Rasulullah, saw., serta ibadah qurban yang dilakukan olehnya.”

“Ketika itu sang kekasih Allah Nabi Muhammad, saw., di atas unta tunggangannya didampingi Bilal menuju masjid Kif serta ribuan jemaah ikut bersamanya dan mengitari baginda Rasul lalu Beliau naik ke mimbar. Rasulullah tampil di hadapan mereka dengan wajah yang sangat simpatik. Suasananya begitu hening tidak ada yang lancang berbicara di hadapan Baginda. Tatapannya yang ramah dan sejuk berwibawa menyatu dengan satu pandangan kaumnya yang hanya tertuju kepadanya lalu bibirnya yang suci mulai bergerak menyambut kalimat takbir dan tahmid. Disebut nya dengan alunan yang indah dan penuh kekhusyukan. Kalimat-kalimat itu lahir dari hati yang tunduk kepada Allah dan bergetar karena kebesarannya tidak seorang pun dari mereka yang lengah atau lalai.”

“Dalam keadaan yang Hening itu rasulullah meminta perhatian kaumnya agar mendengarkan dengan baik apa yang akan disampaikannya. Beliau lalu menyampaikan khotbahnya, “Wahai, manusia! Simaklah dengan baik! Aku tidak tahu apakah aku masih akan bisa berjumpa dengan kalian di tempat ini pada tahun depan atau tidak lagi.” Para sahabat semakin hening yang terlihat hanyalah bibir-bibir yang bergetar dan tidak mampu menahan isak tangis dan air mata. Mereka menangkap isyarat bahwa tugas beliau sudah akan berakhir. Artinya manusia mulia yang sangat mereka cintai itu akan meninggalkan mereka dalam waktu yang tidak lama lagi. LaluBeliau menyinggung prinsip keimanan atau tauhid dan nilai kemanusiaan universal.”

Di akhir khotbahnya Rasulullah SAW menyampaikan, “Hendaklah yang hadir pada hari ini menyampaikan pesan ini kepada yang tidak hadir. Karena boleh jadi orang lain yang menerima pesan ini lebih paham daripada kalian yang mendengar langsung pada hari ini. Maka janganlah kalian kembali menjadi kafir sepeninggalku nanti!”

Setelah menyampaikan khotbahnya, Rasulullah meneruskan manasiknya dengan menyembelih hewan kurban sebagaimana diajarkan oleh Baginda Ibrahim, a.s. Biasanya Rasulullah, saw., menyembelih dua ekor kambing yang terbaik berbulu putih dan besar. Baginda selalu memilih hewan yang terbaik untuk dirinya keluarganya bahkan untuk umatnya. Beliau memilih dua ekor kambing. Pertanyaannya, “Mengapa Rasulullah selalu memilih dua ekor kambing? Bukankah satu ekor cukup untuk Rasulullah beserta keluarga? Ternyata Rasulullah, saw. itu tidak hanya memikirkan dirinya sendiri dan keluarganya tetapi seluruh umatnya pun dipikirkan olehnya, Rasulullah SAW telah berkorban untuk dirinya dan keluarganya bahkan beliau berkorban untuk umatnya sampai dengan akhir zaman.”

Khusus Idul Adha 1445 H kali ini, Masjid Agung Al Azhar menyembelih hewan kurban sapi sebanyak 17 ekor dan kambing 29 ekor.