UAI Hadirkan Para Pengusaha Terkenal hingga Habib Muhammad bin Jindan untuk Meriahkan Business Launching XVIII

Program Studi Manajemen Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) kembali menyelenggarakan kegiatan seminar Business Launching XVIII dengan tema “Small Business Big Impact” yang berlangsung di Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar pada Rabu, 10 Januari 2023. Kegiatan ini digelar untuk meningkatkan pemahaman terhadap regulasi-regulasi yang terkait dengan bisnis, memaksimalkan strategi untuk berbisnis, dan mengaitkan serta menerapkan nilai-nilai Islam ketika berbisnis. Seminar ini terdapat tiga sesi acara, yaitu Talkshow sesi 1  “Back to Fundamental”, Talkshow sesi 2 “Maximum Impact (Thinking and Execution Outside The Box)”, dan sesi Kajian Islam “Sociopreneur: Meraih kesuksesan dengan meneladani cara berdagang Rasulullah Saw”.

Untuk memeriahkan Business Launching XVIII, Program Studi Manajemen UAI mengundang berbagai narasumber yang sangat keren dan pakar di bidangnya, yaitu (1) Co-Founder & CEO Smart Legal ID, Asharyanto, (2) Associate Trainer CIAS, Mohammad Ghozali, (3) Project Managing Director KARIM Consulting Indonesia, Rijal Arslan, (4) Brand Building Manager Wardah Decorative, Ulfah Hasanah, (5) Founder & Business Development Director PT Sari Kreasi Boga Tbk NS Consulting, Nilamsari Sahadewa, (6) CEO FEB Digital Agency Group, Digital Marketer, Galih Mandala Putra, dan (7) Pendakwah, Habib Muhammad Jindan.

Arif Junaidi Tanjung selaku Ketua Pelaksana membuka acara Business Launching XVIII dengan sambutan dan ucapan terimakasih kepada panitia, pimpinan, serta sponsor yang telah membantu terlaksananya kegiatan seminar ini. Ketua Pelaksana menjelaskan dalam rangkaian acara Business Launching XVIII tidak hanya talkshow dan kajian islami saja, tetapi juga terdapat program donor darah, bazar UMKM, serta penggalangan dana yang langsung disalurkan ke masyarakat Palestina. Pemotongan pita diwakili oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Al Azhar Indonesia, Dr. Kuncoro Hadi, S.T., M.S., bersama dengan Dr. Bambang Eko Samiono, ST. MM., Ditha Riyansa, SE, MSM., dan Arif Junaidi Tanjung.

Talkshow sesi pertama yang bertema “Back to Fundamental” diisi oleh beberapa narasumber hebat, yaitu Asharyanto selaku Co-Founder & CEO Smart Legal ID, Mohammad Ghozali selaku Associate Trainer CIAS, dan Rijal Arslan selaku Project Managing Director KARIM Consulting Indonesia. Ashryanto menyampaikan materi tentang pentingnya regulasi dan melek hukum bagi pegiat UMKM. Menurutnya, pentingnya memahami regulasi hukum yang terkait dengan dunia usaha supaya para pelaku usaha mendapatkan hak-haknya secara legal. Tidak hanya itu saja, beliau juga menjelaskan bahwa para pelaku usaha UMKM harus segera mendaftarkan merek dan hak cipta dikarenakan dalam pendaftaran, yang duluan mendaftar berarti ialah yang memiliki hak ciptanya. Mohammad Ghozali memaparkan bahwa pelaku usaha UMKM harus memahami tentang perilaku pelanggan (customer behaviour) dalam membeli produk. Beliau juga berkata bahwa penentuan business value atau nilai bisnis itu dapat menggunakan Business Model Canvas (BMC). Penggunaan BMC ini menurutnya akan membantu dalam pemetaan dan menemukan value propotitions. Talkshow sesi pertama ditutup dengan penjelasan Rijal Arslan tentang industri halal. Beliau menceritakan bahwa saat ini tren industri halal sedang naik daun, oleh karena itu UMKM dituntut untuk menyikapi tren ini dengan strategi partnership yang tepat. Rijal menuturkan bahwa dengan adanya dukungan teknologi untuk pengembangan bisnis halal membuat permintaan dan kesadaran konsumen terhadap produk halal meningkat. Beberapa strategi partnership yang dapat dijadikan referensi pelaku usaha diantaranya harus tetap memperhatikan saluran distribusi dan operasional usaha, pembiayaan, program dukungan pemerintah, dan metode pembayaran yang saat ini sudah menggunakan saluran pembayaran digital.

Talkshow sesi kedua yang berjudul “Maximum Impact (Thinking and Execution Outside The Box)” diisi oleh Ulfah Hasanah selaku Brand Building Manager Wardah Decorative, Nilamsari Sahadewa selaku Founder & Business Development Director PT Sari Kreasi Boga Tbk NS Consulting, dan Galih Mandala Putra selaku CEO FEB Digital Agency Group. Sesi kedua dibuka dengan sesi ice-breaking untuk memastikan para peserta tetap semangat. Talkshow dimulai dari Nilamsari Sahadewa yang menyampaikan bahwa beliau memulai bisnis Kebab Baba Rafi pada usianya 19 tahun. Beliau mengatakan bahwa usahanya bermula dari gerobakan kecil dengan modal awal Rp4 juta hingga saat ini sudah tersebar di Indonesia dan di 10 negara. Oleh karenanya, jangan takut untuk memulai bisnis di usia muda. Selanjutnya Ulfah Hasanah menyampaikan kisah sukses Wardah sebagai kosmetik halal pertama di Indonesia. Beliau menceritakan bahwa Wardah sukses karena menjadi pelopor dari produk kosmetik yang menggunakan wanita berhijab sebagai modelnya, diantara berbagai kosmetik yang menggunakan model tidak berhijab. Kesuksesan itu juga dipicu dengan mulai berkembangnya tren hijab di awal tahun 2000-an. Berkembangnya tren hijab tentu saja menjadi peluang bagi Wardah untuk sukses. Bahkan kesuksesan Wardah bertahan hingga saat ini, dan telah menjadi kiblat kosmetik halal bagi produk lainnya. Galih Mandala Putra juga membagikan ceritanya terkait dengan digital marketing. Beliau berpesan bahwa pada dasarnya, konsep digital marketing dan marketing konvensional itu sama saja, yang berbeda hanyalah alatnya. Digital marketing menurutnya lebih mengefektifkan dan memangkas biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk dibandingkan marketing konvensional. Supaya digital marketing dapat menjangkau lebih jauh, kita harus membangun platform sendiri, alias punya website sendiri. Tidak hanya itu saja, keuntungan menggunakan digital marketing lainnya yaitu dapat melihat berapa banyak orang yang melihat iklan melalui database internet. Dengan adanya teknologi, maka pemasaran bisa menjadi lebih efektif dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Sesi terakhir adalah kajian Islam yang disampaikan oleh pendakwah kondang, Habib Muhammad bin Jindan tentang nilai-nilai Islam dalam berdagang. Beliau menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan bagi Umat Islam di berbagai aspek, termasuk di bidang bisnis. Sebelum diangkat sebagai Nabi dan Rasul terakhir, Nabi Muhammad telah menjadi pedagang yang terkenal sangat mulia, yaitu jujur, ramah, dan dapat dipercaya. Hal ini dapat diamati dari cerita perjalanan Nabi Muhammad SAW menjual barang-barang dagangnya Siti Khadijah. Dikarenakan sifat Nabi Muhammad dalam berbisnis yang amat mulia, keuntungan bisnis menjadi berlipat-lipat. Habib Muhammad bin Jindan memberikan pesan dalam berbisnis, gunakanlah metode ala Rasulullah supaya mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Selain acara Talkshow, Business Launching XVIII ini terdapat kegiatan Bazar UMKM yang diramaikan oleh berbagai pedagang. Dalam bazar tersebut, para pedagang menjual beraneka ragam barang yang menarik, mulai dari makanan, minuman, hingga kerajinan tangan. Tidak hanya bazar saja, Seminar ini juga terdapat donor darah serta cek kesehatan secara gratis bagi karyawan dan mahasiswa UAI. Mahasiswa, karyawan, hingga masyarakat umum tampak antusias untuk mengikuti kegiatan bazar UMKM dan donor darah. Selain bazar dan UMKM, Business Launching XVIII ini terdapat kegiatan amal untuk membantu masyarakat Palestina. Semoga seminar Business Launching XVIII menjadi titik awal bagi mahasiswa Manajemen UAI untuk berwirausaha.

Sumber : Humas Universitas Al Azhar Indonesia